Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Makassar 1811: Awal Diungkap Peneliti Barat (1)

Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Makassar, Proeve Eener Makassaarsche Vertaling Des Korans, Dr. B. F. Matthes, Makassar, Bugis, sulawesi selatan, Memoir of the Life and public services of Sir THOMAS STAMFORD RAFFLES. London, On the languages and literature of the Indo- Chinese nations, in: "Asiatic Researches, Overgedrukt uit de Bijdragen tot de Taal- Land- en Volkenkunde van Nederlandsch Indië, Nieuwe Volgreeks,
Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Makassar

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Makassar 1811: Awal Diungkap Peneliti Barat (1).

PADA tanggal 24 April 1824 Sir Thomas Raffles dianggap menjadi orang pertama mengungkapkan dalam orasinya yang terkenal di Batavia tentang naskah terjemahan Al-Quran dalam bahasa yang digunakan masyarakat Makassar dan Bugis.

Hal ini terungkap dalam dalam Cf. Memoir of the Life and public services of Sir THOMAS STAMFORD RAFFLES. London 1830 yang menyebutkan bahwa masyarakat Makassar dan Bugis memiliki terjemahan Al-Quran.


Jauh sebelumnya, Dr. LEYDEN dalam On the languages and literature of the Indo- Chinese nations, in: "Asiatic Researches, Vol. X. Lond. 1811 menyebutkan adanya terjemahan Al-Quran dalam bahasa Bugis.

Meski demikian, dalam pengantarnya yang dimuat Overgedrukt uit de Bijdragen tot de Taal- Land- en Volkenkunde van Nederlandsch Indië, Nieuwe Volgreeks, 1e. Deel, bl. 89. berjudul, Proeve Eener Makassaarsche Vertaling Des Korans, H. C. MILLIES menjelaskan bahwa sebuah tulisan dalam Manuskrip Royal Asiatic Society di London, berjudul: "Names of different books in Bûgoonies," memuat judul Al-Quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Bugis. 

Dalam makalah ini juga muncul: "kuranu (aksara lontaraq)" dan bukan tidak mungkin laporan RAFFLES dan LEYDEN diambil dari daftar ini.

H. C. MILLIES juga menyebutkan bahwa keberadaan terjemahan Al-Quran ini digunakan untuk mempermudah dalam melakukan penyebaran dan pengajaran bagi umat Islam. 

Hal ini dinyatakan juga oleh Dr. B. F. MATTHES saat melakukan penginjilan di Nusantara, hingga tibanya di Makassar dalam upaya penerjemahan Al-Kitab ke dalam bahasa Makassar dan Bugis.

Dr. B. F. MATTHES yang merupakan utusan dari lembaga Nederl. Bijbelgenootschap (Lembaga Al-Kitab Belanda) juga memberikan perhatian beberapa laporan tersebut. 

Bahkan pada kunjungannya ke Makassar, Dr. B. F. MATTHES, sejak kedatangannya di Makassar pada akhir tahun 1851, saat berkunjung ke Imam Besar Kali (قاضي) Goa di Parang tamboeng, secara kebetulan menemukan karya (Terjemahan Al-Quran) yang mungkin dimaksudkan oleh RAFFLES dan LEYDEN. Dan di kemudian hari ia dapat mengkomunikasikan bukti berikut. 

Adapun tentang Imam Besar Goa itu, yang dapat dianggap sebagai kepala ulama Islam di Sulawesi Selatan,Dr. B. F. MATTHES melaporkan bahwa ia, sebagai utusan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan Islam saat ini di bagian Hindia Belanda, termasuk saat tinggal di rumah Imam Besar Goa atau Kali:

"Ik had mijn intrek genomen ten huize van Goa's Opperpriester of Kali (قاضي, Arab) te Parang tamboeng. Deze man staat aan het hoofd der geestelijkheid, en heeft het beheer over al wat de Godsdienst betreft. Hij spreekt regt in alle zaken, die tot de sara ((شَرَعَ, Arab) behooren, dat wil zeggen in alle kwesties van geloof, van huwelijk, van echtscheiding, van overspel, van schaking en dergelijke meer. Hij neemt de kinderen in de gemeenschap der geloovigen op. 

Hij sluit de huwelijksverbindtenissen (panika, van het Arab, Nikaah). Hij verrigt de gebeden op de graven. Hij gaat des Vrijdags en bij elke gelegenheid van eenig belang voor in het gebed . Hij heeft nog meer en alzoo schijnbaar een menigte van werkzaamheden. Edoch ten deele wordt hij hierin bijgestaan door verscheidene andere geestelijken, als goeroe's (leeraars), katte's (Arab,  خطيب - predikers), bidāla's (het Arab, مؤذن) en dotja's of kosters; ten deele maakt hij zich den arbeid alles behalve zwaar. 

De meeste Mohammedanen krijgen volstrekt niet het minste godsdienstig onderwijs; slechts aan weinigen valt het voorregt ten deel, om tamma of lidmaat te worden; wanneer het ten minste een voorregt te noemen is, dat men Arabische gebeden leert opzeggen, zonder die te verstaan, en geoefend wordt in het werktuigelijk opdreunen van den Koran. --Trouwens hoe zou de meester aan anderen onderwijzen, wat hij zelf niet in het minst verstaat?-- Om de opleiding der geestelijken bekreunt hij zich insgelijks slechts weinig. 

Wie daartoe lust gevoelt, neemt eenigen tijd les bij eenen Goeroe, en als hij de vereischte kundigheden meent verzameld te hebben, tracht hij zich een' zekeren naam te verwerven, ten einde langs dien weg tot eenig geestelijk ambt te geraken." (IDWAR ANWAR)

Bersambung.... Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Makassar 1811: Awal Diungkap Peneliti Barat (2)