Monumen Maha Putra Emmy Saelan (1)
MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Monumen Maha Putra Emmy Saelan (1).
Mengutip dari buku Monumen Perjuangan di Sulawesi Selatan (1987), monumen ini adalah salah satu di antara empat buah monumen perjuangan rakyat Sulawesi Selatan yang dilaksanakan pada tanggal 10 November 1985, bertepatan dengan hari peringatan ke-40 peristiwa heroik di Surabaya, yang dikenal dengan nama "Hari Pahlawan”.
Peresmian Monumen Maha Putra Emmy Saelan dilakukan oleh Menko Polkam Surono, yang juga sebagai Ketua Dewan Harian Nasional Angkatan '45.
Pada pelaksanaan peresmian Monumen Maha Putra Emmy Saelan dilakukan upacara peresmian yang dipusatkan di halaman monumen itu sendiri.
Pembangunan monumen ini diprakarsai oleh bekas-bekas anggota kelaskaran pemberontak Harimau Indonesia.
Adapun ide pembangunan monumen ini sudah lama direncanakan dan menjadi salah satu keputusan dari reuni para bekas anggota kelaskaran pemberontak Harimau Indonesia pada bulan Desember 1984 di Tanete, Barru.
Menurut Mohammad Syah, bekas pucuk pimpinan kelaskaran Harimau Indonesia, pembangunan monumen ini tidak dapat dilepaskan dari eksistensi kelaskaran Pemberontak Harimau Indonesia.
Kelaskaran Harimau Indonesia ini merupakan suatu kesatuan kelaskaran yang paling banyak merepotkan Belanda di Makassar. Kelaskaran ini menghimpun anggota-anggotanya yang terdiri dari pemuda-pemuda yang berasal dari kota Makassar, yang umumnya bekas pelajar dan Heiho. Di antara anggotanya itu adalah Mongisidi dan Emmy Saelan.
Nama Harimau Indonesia dipakai sebagai rasa kagum terhadap sebuah film Jepang berjudul ''Maray Notora” artinya Harimau Malaya. Film ini menggambarkan betapa besar jiwa heroisme “dan patriotisme gerilyawan-gerilyawan Jepang mengobrak-abrik kekuasaan Inggris di Semenanjung Malaya pada perang dunia ke dua.1
Pembangunan monumen Emmy Saelan ini dimaksudkan sebagai tanda penghargaan dan penghormatan kepada srikandi Emmy Saelan, yang di dalam struktur organisasi kelaskaran pemberontak Harimau Indonesia menjabat sebagai Kepala Palang Merah/Kesehatan.
Selain itu, Monumen Maha Putra Emmy Saelan ini juga merupakan visualisasi perjuangannya yang pantang menyerah. Dengan demikian penamaan monumen Mahaputra Emmy Saelan, lebih merupakan simbol dari peristiwa yang mendasari perjuangannya sebagai tokoh utama yang ditampilkan.
Pada masa pembangunannya terdapat detail yang menarik untuk diperhatikan. Karenanya, untuk mengenal monumen ini secara lengkap pada awal pembangunannya, perlu kiranya diungkapkan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan monumen itu, baik menyangkut lokasi monumen, identifikasi bangunannya maupun riwayat pendiriannya.
A. Lokasi Monumen Didirikan
Monumen Maha Putra Emmy Saelan dibangun dalam wilayah Kotamadya Ujung Pandang (Kota Makassar, red). Monumen ini terletak di wilayah lingkungan Kassi-Kassi, Kecamatan Panakkukang, berdekatan dengan lokasi Perumnas, Panakkukang, Ujung Pandang.
Tempat didirikannya Monumen Maha Putra Emmy Saelan ini berada pada jarak kurang lebih enam kilometer, dari pusat kota ke arah timur pada jalan raya Jenderal Hertasning.
Pemilihan tempat itu sebagai lokasi monumen berkaitan dengan lokasi peristiwa pertahanan Emmy Saelan dan kawan-kawan seperjuangannya.
Pada waktu peristiwa Bontoramba terjadi,2 Emmy Saelan bersama lima orang kawan seperjuangannya mengambil posisi pertahanan di lokasi menumen tersebut.
Ketika mereka terdesak oleh pasukan musuh, Emmy Saelan meledakkan sebuah granat tangan. Ledakan granat itu menyebabkan ia tewas, juga beberapa anggota pasukan musuh.
Monumen Maha Putra Emmy Saelan ini merupakan pembangunan kembali dari monumen Emmy Saelan yang dibangun pada tanggal tahun 1972.
Oleh karena itu, penempatan bangunan monumen yang kedua ini juga tergantung pada penggunaan tempat itu sebagai tempat bangunan peringatan Emmy Saelan.
Tidak dapat disangkal bahwa alasan pemilihan tempat pendirian bangunan ini sama seperti alasan pemilihan lokasi yang terdahulu diutarakan di atas.3