Sejarah Perbankan di Makassar Awal Abad XX (3)
MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Sejarah Perbankan di Makassar Awal Abad XX (3).
Di Makassar, De Javasche Bank praktis mulai memberikan kredit pada akhir abad ke-19 ketika jaringan transportasi dan pengangkutan di Wilayah Timur Besar semakin pesat terutama setelah munculnya Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM).
Para pedagang-pedagang Eropa yang berkedudukan di Makassar mulai meminjam kredit, meskipun perizinan pemberian kredit masih berpusat di Batavia.
Untuk menarik minat para pengusaha meminjam kredit ke DJB, bank ini memberikan suku bunga kredit lebih rendah dari pada Bank Escompto, namun walaupun begitu, Bank Escompto memiliki keunggulan ketimbang DJB yakni memberikan fasilitas kredit dengan plafon lebih besar, biasanya rata-rata 500 ribu gulden ke atas per kreditur.
Namun DJB memiliki keistimewaan yang saat itu belum dimiliki bank lain, yakni dapat melayani pengiriman uang lewat wesel juga penyediaan lalu lintas giro.
Saingan utama Bank Escompto adalah bank swasta Manders Seeman & Co. Bank ini pada awalnya hanyalah sebuah perusahaan ekspor-impor milik pengusaha Eropa di Makassar yang kemudian juga meluaskan bisnis dengan membuka bank.
Selain Bank Manders Seeman & Co, perusahaan perdagangan yang juga membuka lembaga bank di Makassar adalah Bank Dagang Reiss & Co. Bank ini merupakan milik perusahaan perdagangan Reiss & Co. yang merupakan salah satu perusahaan Eropa terbesar yang beroperasi di wilayah Makassar.
Pemberian kredit oleh DJB ini tidak saja diberikan kepada perusahaan-perusahaan perdagangan, namun juga diberikan kepada para pengusaha individual yang dapat mengajukan kredit kepada DJB.
Selain De Javasche Bank, di Makassar juga terdapat rangsangan kredit pemerintah melalui Bank Perkreditan Rakyat (Volkscredit Bank) Makassar yang dibentuk pada tahun 1925. Secara khusus bank tersebut menyediakan kredit niaga yang jangka waktunya hanya berlaku satu tahun.
Pada tahun 1928 bank tersebut telah melayani kredit bagi pedagang Cina dan penduduk pribumi yang kaya. Bank itu bunganya sangat rendah yaitu hanya 12% per tahun.
Meskipun telah disediakan fasilitas kredit secara resmi bagi penduduk pribumi, namun tidak semua penduduk memanfaatkannya dengan baik. Petani pribumi yang berada pada level bawah tidak tersentuh dengan lembaga perbankan. Bank rakyat tetap tidak bersentuhan dengan masyarakat desa.
Umumnya petani yang kekurangan uang lebih senang berhubungan dengan para pedagang perantara, terutama pedagang Cina. Tampaknya ada masalah keengganan bila berhubungan dengan lembaga perbankan.
Selain petani yang tampaknya lebih suka secara praktis didatangi oleh pedagang perantara dari pada berhubungan dengan bank yang kadang kala meminta berbagai bukti kepemilikan jaminan. Ledakan besar moneterisasi kebutuhan akan uang meluas.
Terlepas dari mendapatkan uang tunai (misalnya dalam pertanian ekspor atau pekerjaan pemerintah seperti membangun jalan), ada beberapa cara lain untuk memperoleh uang; saling pinjam dan meminjam, memperoleh pinjaman dari para kreditur atau pedagang perantara atau menggunakan fasilitas kredit yang dibentuk oleh pemerintah.
Selain bank pemerintah juga terdapat bank swasta seperti Escompto Bank dan Hongkong & Shanghai Banking Corporation atau lebih populer dengan HSBC (Bank Hongkong). Bank Hongkong banyak memberikan fasilitas kepada nasabah karena juga bertindak sebagai lembaga penukar uang.
Dalam tahun 1918 telah mendapat keuntungan dalam bidang penukaran uang senilai 174.000 gulden. Angka tersebut naik bila dibandingkan pada pada tahun 1917 hanya mencapai 100.000 gulden.
Salah satu cara untuk menarik nasabah adalah dengan memberikan kredit bagi perdagangan hasil bumi dalam bentuk pembiayaan ekspor.
Bersambung.... Sejarah Perbankan di Makassar Awal Abad XX (4) - Arung Makassar (arungsejarah.com)
Bersambung.... Sejarah Perbankan di Makassar Awal Abad XX (2) - Arung Makassar (arungsejarah.com)