Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

De Javasche Bank Agentschap Makassar 1864 (1)

De Javasche Bank Agentschap Makassar 1864, Makassar, macassar, makasser, somba opu, tallo, Gowa-Tallo, benteng rotterdam, fort rotterdam, pelabuhan makassar, bank makassar, Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 Nationaal Archief (www.gahetna.nl), kerajaan gowa tallo, karaeng bainea, karaeng baineya, karaeng bayo, Karebosi Dalam Peta Kota Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Tallo dan Sombaopu, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa, Sejarah Makassar, Sejarah Kota Makassar, Jejak Makassar dalam Catatan Portugis, Sejarah kerajaan Makassar, sejarah kerajaan Tallo, asal mula kerajaan tallo, perang makassar, idwar anwar,  arung makassar, karaeng makassar, karaeng loe, karaeng tallo, karaeng gowa, bandar makassar,pelabuhan makassar,
Foto Pegawai Kantor DJB Agentschap Makassar tahun 1925 (Sumber: Koleksi Arsip Bank Indonesia)

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - De Javasche Bank Agentschap Makassar 1864 (1).


PEREKONOMIAN Makassar yang semakin berkembang tidak hanya menghasilkan peningkatan lalu lintas perdagangan secara signifikan, namun juga membuat kebutuhan akan lembaga perbankan menjadi sesuatu yang esensial untuk memfasilitasi perkembangan tersebut. Ide untuk mendirikan lembaga perbankan milik pemerintah melalui pendirian kantor cabang De Javasche Bank (DJB) di Kota Makassar sebenarnya telah lama muncul terutama ketika Kota Makassar menjadi kota pelabuhan penting untuk wilayah Timur Besar. 

Kebutuhan akan sebuah lembaga perbankan terutama bank sirkulasi telah diinisiasi sejak awal abad ke-19. Setelah pembubaran VOC, rezim pemerintah kolonial merasakan beratnya beban kegiatan perekonomian Hindia Belanda, termasuk kesulitan dalam pengaturan keuangan pemerintah. 

Akibat ketiadaan bank sirkulasi di Hindia Belanda semua pengaturan keuangan harus dilakukan sendiri oleh pemerintah kolonial. Pemerintah kolonial merasa kewalahan dalam menjalankan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal secara bersamaan tanpa bantuan lembaga lainnya. 

Selain itu, dalam hubungan ekspor-impor antara Hindia Belanda dan Negeri Belanda, dibutuhkan emas dan perak guna menutupi nilai defisit dalam neraca perdagangan. Kedua alat bayar itu harus selalu didatangkan dari Negeri Belanda yang tentunya akan lebih mudah jika dilakukan langsung oleh lembaga perbankan. 

Hal itulah yang melatarbelakangi gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda. Pada 1816, di Negeri Belanda, dalam upacara penyerahan kembali Hindia Belanda dari Inggris, gagasan pendirian bank sirkulasi untuk wilayah koloni itu menjadi pembicaraan hangat antar pejabat Belanda. 

Pada saat yang sama, di wilayah koloni Belanda juga muncul desakan kuat dari kalangan pengusaha agar segera mendirikan lembaga bank untuk memperlancar kepentingan bisnis mereka. 

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van der Capellen, Hoofd-Directie van Financien, pada 10 Oktober 1820 berhasil membuat suatu konsep Bank van Leening104 yang pada masa VOC juga pernah didirikan. Namun, van der Capellen tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap niat pendirian bank itu. 

Para pengusaha di Hindia Belanda terus berupaya menyusun konsep suatu bank, tetapi tak kunjung terealisasi meski pada 16 Juli 1823 Negeri Belanda mengirimkan rancangan oktroi untuk suatu bank yang akan dinamakan De Nederlandsche Oost-Indische Bank.

Polemik tersebut membuat Raja Willem I kemudian turun tangan. Pada 1825, Raja mengambil inisiatif awal untuk pendirian suatu bank di Hindia Belanda. Pada 29 Desember 1826, Raja Willem I mengirimkan Surat Kuasa No. 85 kepada Komisaris Jenderal Hindia Belanda Leonard du Bus de Gisignies untuk segera merundingkan dengan Pemerintah Hindia Belanda tentang pembentukan suatu bank di Jawa berdasarkan oktroi, yaitu pemberian wewenang dan hak tunggal dari pemerintah dengan jangka waktu tertentu. 

Dalam surat kuasa tersebut, Raja Willem I menguasakan kepada Menteri Urusan Jajahan untuk menyampaikan Surat Kuasa tersebut kepada Komisaris Jenderal serta mengikutsertakan Nederlandsch Handels Maatschappij dalam pendirian DJB.

Dalam Surat Keputusan Komisaris Jenderal Nomor 28 tanggal 11 Desember 1827 ditetapkan oktroi khusus bagi DJB sebagai ketentuan dan pedoman dalam menjalankan usahanya. 

Komisaris Jenderal Du Bus mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 25 tanggal 24 Januari 1828 yang menyatakan bahwa De Javasche Bank secara resmi telah berdiri. 

Surat keputusan itu disebut sebagai akta pendirian De Javasche Bank, maka pada 24 Januari 1828 adalah tanggal berdiri De Javasche Bank, meski bank baru beroperasi pada 8 April 1828.

Ketika dibentuk pada 1828, De Javasche Bank merupakan bank sirkulasi pertama di Asia. Posisi itu dapat dilihat pada Oktroi Pertama yang diberikan pada lembaga tersebut. Oktroi berlaku sejak 1 Januari 1823 sampai dengan 31 Desember 1837, yang kemudian diperpanjang hingga 31 Maret 1838 melalui Oktroi Kedua. 

Dengan hak oktroi itu DJB untuk pertama kali menerbitkan mata uang. Berdasarkan surat (missive) Nomor 38 tanggal 30 Januari 1827, DJB memesan kertas blanko untuk penerbitan uang kertas dari Percetakan Enschede en Zoonen di Haarlem, Negeri Belanda. 

Berdasarkan Pasal 35 Oktroi Pertama, uang kertas yang dikeluarkan DJB hanya berlaku di Jawa dan Madura, sesuai dengan arti namanya, Bank Jawa. Uang tersebut dicetak sebanyak 12.200 lembar yang memiliki total nilai 1.120.000 gulden.

Bersambung.... De Javasche Bank Agentschap Makassar 1864 (2) - Arung Makassar (arungsejarah.com)