Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok: Isi Naskah

 Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok: Isi Naskah dan Aksara yang Digunakan, Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok: Pengertian dan Sejarah Penulisannya, Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok: Sejarah, Pengertian dan Aksara yang Digunakan, apa yang dimaksud dengan lontara, lontarak, lontaraq, lontara', Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar, apa itu lontarak, apa yang dimaksud lontar, lontara sulawesi, pengertian lontara, mengenal aksara lontara bugis-makassar, aksara lontara, lontara' sebagai sumber dalam penulisan sejarah, pengertian aksara lontara, arti kata lontara menurut kbbi, huruf lontara, aksara tradisional bugis, aksara tradisional makassar, aksara tradisional bugis-makassar, bentuk aksara lontara, jenis aksara lontara, jumlah aksara lontara, model aksara lontara, Lontara', lontarak, lontara, lontaraq, naskah lontara bilang, lontara bilang gowa-tallo, lontara bilang makassar, lontara bilang-bilang muncul pada masa pemerintahan, lontara bilang-bilang script,

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok: Isi Naskah.

Di Sulawesi Selatan, naskah kuno tersebut dikenal dengan sebutan dengan naskah lontara, lontarak, lontaraq, atau lontara'. Naskah lontara' ini berisi berbagai hal, salah satunya di kenal dengan nama Lontarak Bilang Raja Gowa-Tallok. Lontarak ini berisi tentang peristiwa yang terjadi atau berkaitan Kerajaan Gowa-Tallok.

Lontarak Bilang merupakan salah satu puncak pustaka sastra dan budaya Makassar yang sering didengar oleh masyarakat. Akan tetapi yang mengetahui dan yang dapat memperoleh kesempatan membacanya hanyalah kalangan tertentu yang jumlahnya sangat sedikit. Bahkan saat ini, naskah asli tersebut sudah sangat sulit dijumpai.

Isi Lontarak Bilang

Seperti disebutkan pada artikel sebelumnya bahwa Lontarak Bilang oleh B. F. Matthes disebut sebagai "dagregisters", "Catatan Harian" atau dapat pula disebut "daftar/catatan peristiwa harian".

Lontarak bilang Gowa Tallok adalah buku harian kerajaan Gowa Tallok. Lontarak itu ditulis oleh petugas khusus kerajaan yang disebut palontarak.

Di dalam lontarak bilang termuat catatan atau kalender peristiwa yaitu peristiwa tertentu beserta waktu terjadinya berupa perhitungan tahun Masehi dan tahun Hijriyah disertai dengan bulan, hari, bahkan ada pencatatan tentang saat/jam terjadinya peristiwa tertentu. 

Genre penulisan sejarah Makassar yang dikenal sebagai lontarak bilang, atau 'counting manuscripts', ini berisi informasi spesifik dan tertanggal mengenai berbagai topik, termasuk kelahiran dan kematian tokoh terkemuka, tindakan penguasa, penyebaran Islam, perdagangan dan diplomasi, lingkungan binaan, aktivitas ritual, peperangan, perjuangan politik internal, hubungan sosial dan kekerabatan, gerhana dan komet, dan banyak hal lainnya.

Kandungan naskah lontarak bilang itulah yang dapat memberikan sumbangan dalam penulisan sejarah di Sulawesi Selatan pada khususnya, di Indonesia pada umumnya.  

Dalam naskah lontarak bilang, kelahiran dan kematian bangsawan menjadi peristiwa yang paling sering dicatat. Meski demikian proyek konstruksi, pengangkatan bangsawan di posisi penting, perceraian, bencana alam seperti kebakaran dan gempa bumi, kedatangan kapal dan delegasi asing, peristiwa tidak biasa, seperti gerhana dan komet, serta keberangkatan dan kedatangan penguasa juga tercatat. 

Lontarak bilang Makassar abad ke-17 berbeda dari teks-teks yang diulas oleh Cense (1966), yang mendeskripsikan sureq bilang Bugis secara khusus karena mengandung deskripsi peristiwa yang jauh lebih panjang dan lebih detail.

Lontarak bilang tentu mempermudah sejarawan. Lebih dari tulisan-tulisan lain yang tersedia, tulisan-tulisan itu dipandang sangat faktual, dapat diandalkan, dan tidak terkontaminasi oleh unsur-unsur mitos atau kontroversial. Sejarawan telah mempertimbangkan fakta-fakta dalam teks-teks ini pada umumnya referensial dan akurat. 

Cense (1966:418) menggambarkan lontarak bilang sebagai 'sangat dicirikan oleh keringkasan yang sederhana, dan di Indonesia hanya ditemui di Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lain yang memiliki pengaruh Makassar dan Bugis. 

Berdasarkan penilaian ini, Cense dan sejarawan lainnya (Bulbeck 1992; Noorduyn 1965; Tol 1993) menganggap lontarak bilang sebagai sumber informasi sejarah faktual yang dapat dipercaya. Ini tidak salah, namun jauh lebih banyak yang terjadi di lontarak bilang daripada yang telah ditemukan.

Lontarak bilang lebih dari kumpulan fakta-fakta penting, betapapun mudah diaksesnya sebagai sumber sejarah. 

Lontarak bilang juga memetakan jaringan sosial, dan sekilas dapat melihat jaringan ini, serta mendapatkan perspektif baru untuk melihat lontarak bilang dan Makassar abad ketujuh belas dengan melihat teks-teks ini; tidak sekedar sebagai kumpulan entri individu yang mungkin dianggap tidak terkait.

Bersambung.... Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok: Isi Naskah (Kamaruudin, dkk)

Sebelumnya.... Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok: Siapa Penulisnya dan Aksara yang Digunakan 

--------------------

Daftar Bacaan

Cummings, William (2002). Making blood white; Historical transformations in early modern Makassar.
Honolulu: University of Hawai’i Press.

Cummings, William  (2005). Historical texts as social maps Lontaraq bilang in early modern Makassar, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (BKI) 161-1 :40-62. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde.

Cummings, William  (2007). A Chain of Kings, The Makassarese Chronicles of Gowa and Talloq. KITLV Press.

Kamaruddin, H.D., H.D. Mangemba, P. Parawansa, M. Mappaseleng, Djirong Basang and Ny. Sugira Wahid 1969-86 Lontarak bilang Raja Gowa dan Tallok (Naskah Makassar). Ujung Pandang: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sulawesi Selatan La Galigo. Two vols.

Ligtvoet, A. (1880). ‘Transcriptie van het dagboek der vorsten van Gowa en Tello’, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 28:1-259.

Makasaarsche historiĆ«n (1855). ‘Makasaarsche historiĆ«n’, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde (TBG) 4:111-45.

Noorduyn, J. (1956). ‘De Islamisering van Makasar’, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 112:247-66.

Tol, Roger (1993). ‘A royal collection of Bugis manuscripts’, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 149:612-29.