Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

De Javasche Bank dan Ekonomi Makassar Awal Abad XX (5)

De Javasche Bank dan Ekonomi Makassar Awal Abad XX, Makassar, macassar, makasser, somba opu, tallo, Gowa-Tallo, benteng rotterdam, fort rotterdam, pelabuhan makassar, bank makassar, perang makassar, Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 Nationaal Archief (www.gahetna.nl), kerajaan gowa tallo, karaeng bainea, karaeng baineya, karaeng bayo, Karebosi Dalam Peta Kota Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Tallo dan Sombaopu, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa, Sejarah Makassar, Sejarah Kota Makassar, Jejak Makassar dalam Catatan Portugis, Sejarah kerajaan Makassar, sejarah kerajaan Tallo, asal mula kerajaan tallo, perang makassar, idwar anwar, arung makassar, karaeng makassar, karaeng loe, karaeng tallo, karaeng gowa, bandar makassar,pelabuhan makassar, arung gowa, NHM, Perusahaan Nederlandsch Indische Handelsbank (Bank Dagang Hindia Belanda), Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij, Hongkong & Shanghai Banking Corporation (HSBC), Chartered Bank of India, Australia & China, Chartered Mercantile Bank of India, London, & China, Spaarbank van Makassar (Bank Tabungan Makassar), Taiwan Bank, Mitsui Bank, Yokohama Specie Bank, Bank Dagang Reiss & Co
Gedung De Javasche Bank Makassar tampak depan setelah selesai pembangunan. Bergaya Neo-Renaissans; hiasan pada thympanum (bidang segi tiga di atas) bercorak floral model Jawa. Foto diambil sekitar 1920-an (Sumber: KITLV)

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - De Javasche Bank dan Ekonomi Makassar Awal Abad XX (5).


PADA periode ini kemajuan perdagangan kopra turut memengaruhi perkembangan ekonomi di Kota Makassar dan sekitarnya. Banyak perusahaan-perusahaan yang mengambil peran dalam jaringan perdagangan kopra baik perusahaan swasta seperti Firma Veth Bersaudara, Macassar Produce & Co., WB Ledeboer & Co., Manders Seeman & Co. Reiss & Co., dan perusahaan lainnya. 

Sementara dari pihak pemerintah, untuk memfasilitasi perdagangan kopra, pemerintah kolonial membentuk sebuah perusahaan penyulingan minyak kelapa bernama Oliefabrieken Insulinde Makassar (OFI). 

OFI Makassar didirikan pada tahun 1913 yang merupakan bagian dari beberapa perusahaan minyak yang telah dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda. Oliefabrieken Insulinde adalah perusahaan industri yang cukup diperhitungkan di Hindia Belanda sebelum Perang Dunia I.

Secara keseluruhan, di Hindia Belanda telah berdiri beberapa Oliefabrieken Insulinde di berbagai daerah seperti Oliefabrieken Insulinde Kediri, Sontono, Blitar, Tulung Agung, Banyuwangi, Kebumen, Rangkas Bitung, Bandung, Padang, dan Makassar.

Pendirian OFI Makassar didanai dari pembiayaan berbagai investor, baik perusahaan maupun perorangan. Berbagai investor menanamkan modalnya di OFI, antara lain: Sech bin Aoem Alamri, J. Caffin, Gebr. Mahieu, dari Gorontalo; Sie Ka The, Ong Soei Song, Thio Tjin Ton, E. Toemoando, Tjia Kae Tae dan Tjia Tjin Tai masing dari Manado; Badjamal dari Donggala; R.v. Duivenbods dari Ternate. 

Di samping milik perorangan juga terlibat beberapa perusahaan seperti: H. Ensering, J. Jonquire, Dordtsche Patrolium Maatschappij dan Lindeteves-Stokokvis, KPM dari Makassar; J.M. chs. Nyland, G.C.T. van Dorp & Co, Becker & Co, Van Vliet & Zonnenz, Eles & Co, H. Oving-Yzer Staathandel dan Internationaal Crediet & Handels Vereeniging Rotterdam masing-masing dari Surabaya; Working & Co. dari Bandung dan Moluksche Handelsvennootschap dari Ambon.

Selain mengolah kopra menjadi minyak kelapa, OFI (termasuk Makassar) juga membeli dan memasarkan kopra. Untuk menampung ekspansi perdagangan kopra, dalam tahun 1917 gudang penampungan kopra milik OFI Makassar diperluas sampai di luar pelabuhan yaitu di kampung Maroangin dekat Potere, sekitar dua kilometer dari Pelabuhan Makassar. 

Ekspansi perluasan pergudangan kopra memberikan isyarat bahwa OFI Makassar terus menunjukkan perkembangan. Perkembangan itu bukan hanya disebabkan karena minyak yang dihasilkan dari tahun ke tahun terus berkembang tetapi juga karena OFI Makassar memperluas usahanya sebagai eksportir kopra. 

Untuk mendukung pengembangan usaha OFI Makassar, dalam pembelian kopra lembaga ini mendapat dukungan kredit dari Pemerintah Kolonial Belanda melalui DJB Agentschap Makassar. 

Paling sedikit setiap bulannya Javasche Bank mengeluarkan kredit sebesar 1.500.000 gulden kepada perusahaan-perusahaan dagang kopra untuk melakukan pembelian kopra ke petani kelapa dan kemudian diharuskan menyetorkan sejumlah kopra kepada OFI Makassar. 

Misalnya saja dalam bulan Januari dan Februari 1918 telah dikeluarkan kredit dari DJB Makassar sejumlah 3.733.469,99 gulden kepada OFI Makassar untuk membantu pembelian kopra.

Selain DJB, bank-bank di Makassar juga melakukan fasilitas pemberian kredit pada perusahaan-perusahaan minyak kelapa di Makassar. Bank-bank tersebut misalnya adalah Bank Escompto dan Bank Manders Seeman & Co. 

Kedua bank tersebut gencar memberikan kredit dalam upaya mendapatkan keuntungan lebih besar dan berusaha melakukan monopoli dalam pemberian kredit dalam pembelian kopra.

Kelancaran pendanaan dan operasional membuat OFI Makassar setiap tahun mengalami peningkatan dalam hal ekspor minyak kelapa ke luar negeri. 

Misalnya dalam tahun 1924, jumlah ekspor minyak kelapa Hindia Belanda ke Eropa sekitar 7.96 juta liter, tahun 1925 menjadi 10.93 juta liter dan pada tahun 1928 meningkat menjadi 36.66 juta liter, dan tahun 1930 turun menjadi 16.01 juta liter akibat terjadinya Krisis Malaise.