Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Politik-Ekonomi Makassar dan Sekitarnya (1528-1864) 4

Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 (Sumber: Nationaal Archief (www.gahetna.nl)

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Politik-Ekonomi Makassar dan Sekitarnya (1528-1864) 4.


MAKASSAR terbentuk dari dua bandar niaga dari kerajaan kembar Gowa-Tallo, yaitu bandar Tallo dari Kerajaan Tallo yang terletak di pesisir selatan muara Sungai Bira, dan bandar Sombaopu dari Kerajaan Gowa yang terletak di pesisir utara muara Sungai Jeneberang. Dua kerajaan tetangga itu berhasil membentuk persekutuan pada 1528, setelah melalui permufakatan penyelesaian konflik. 

Pemufakatan mereka dikenal dalam bentuk pernyataan bahwa “barang siapa yang mengadu-dombakan Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Tallo akan dikutuk oleh Dewata” atau ia-iannamo tau ampasiewai Gowa-Tallo iamo nacalla Dewata dalam ungkapan setempat. Kesepakatan itu berpengaruh bagi rakyatnya dan semua yang mengenal dua kerajaan kembar itu sehingga muncul ungkapan “satu rakyat, dua raja” atau sereji ata narua karaeng. 

Persekutuan yang dibangun itu bersifat menyatukan dua kerajaan dalam kehidupan kenegaraan dengan tetap mengakui kedudukan kekuasaan masing-masing sebagai raja kerajaan, di samping membentuk satu kesatuan dengan menempatkan Raja Gowa sebagai pemegang kendali kekuasaan kerajaan (Sombaya) dan Raja Tallo sebagai pejabat mangkubumi (Tumabicara Buta). 

Perang yang berakhir dengan pembentukan persekutuan dua kerajaan itu berbasis pada keinginan Kerajaan Gowa untuk mengubah orientasi kehidupan kerajaannya dari agraris ke maritim pada periode pemerintahan Raja Gowa IX, Tumaparissi Kalonna Daeng Matanre Karaeng Manguntungi (1510–46). Kebijakan itu dilaksanakan mengingat semakin banyak arus migran pedagang Melayu ke kawasan ini setelah Malaka diduduki oleh Portugis pada 1511. 

Sehubungan dengan itu, setelah melakukan persekutuan dua kerajaan, yang secara kesejarahan diperintah oleh raja dari keturunan yang sama,20 melaksanakan perluasan kekuasaan dengan menaklukkan kerajaan pesisir dan memaksa mereka melakukan perdagangan dengan bandar niaga Tallo dan Sombaopu. 

Hingga akhir abad ke-15 Makassar belum merupakan pusat perdagangan di kawasan Kepulauan Nusantara bagian timur. Pelabuhan itu hanya merupakan tempat pertemuan atau singgah bagi pedagang Jawa yang sedang dalam perjalanan lalu-lalang ke Kepulauan Maluku dan sekitarnya untuk mencari rempah-rempah. 

Perubahan besar terjadi pada abad ke-16 ketika pedagang muslim dari Malaka yang direbut oleh Portugis pada 1511 eksodus menuju ke Makassar. Penyebabnya adalah telah terjadi perseteruan yang sengit antara Portugis dan pedagang muslim di Asia ketika Portugis mengibarkan Perang Salib di lautan sejak penjelajahan mereka ke dunia Timur. Menetapnya para pedagang muslim di Makassar merupakan fondasi bagi terbentuknya sebuah pelabuhan entrepĂ´t baru di Nusantara bagian timur. 

Rupa-rupanya kerajaan lokal Gowa dan Tallo dapat menangkap kesempatan itu dengan mengorganisasikan mereka dalam rangka menjadikan Makassar sebagai pusat pengumpulan dan distribusi rempah-rempah.23 Untuk membuat para pendatang betah tinggal di Makassar, mereka mendapatkan jaminan tertulis atas keselamatan dan keamanan dari penguasa. 

Tidak seperti sebelumnya yang hanya berpangku tangan menunggu pedagang yang datang, Kerajaan Gowa-Tallo juga mengirimkan orang-orangnya ke Maluku untuk melakukan perdagangan dan barter dengan produsen rempah-rempah secara langsung.

Jaringan perdagangan yang demikian itu jelas merupakan ancaman bagi Portugis yang berambisi menguasai jalur perdagangan rempah-rempah. Namun, pada abad ke-16 Portugis kurang memiliki kekuatan untuk memaksakan monopoli karena mereka kekurangan kapal dan angkatan laut untuk melakukan patroli di perairan yang luas di kawasan Nusantara khususnya di perairan sekitar Maluku. Bahkan pada 1641 Malaka yang dikuasai Portugis berhasil direbut oleh kompeni dagang Belanda VOC. 

Hal menarik ialah ketika Makassar bertindak sebagai tempat penampungan para pedagang pengungsi sebagaimana terjadi ketika Malaka direbut oleh Portugis pada 1511. Makassar menampung eksodus pedagang muslim sebagai akibat kekalahan Portugis, namun pada saat itu pedagang Portugislah yang mengungsi ke Makassar sebagai akibat kekalahan dari Belanda. 

Tidak kurang dari 3.000 pengungsi Portugis bertempat tinggal di pelabuhan Makassar, demikian juga dengan orang-orang India banyak yang bermukim di sana dan menjadi salah satu kelompok rentenir dan pedagang utama di kota tersebut. Beberapa kerajaan yang berdaulat di Asia juga mengirimkan perwakilan mereka ke Makassar seperti dari Aceh dan Golconda (India) untuk membantu warga mereka yang berdagang di kota itu. 

Dengan cepat Makassar tumbuh sebagai kota dagang yang kaya karena memiliki kebijakan terbuka untuk pedagang asing sebagaimana kerajaan Malaka pada dua abad sebelumnya. Berbagai pedagang beraktivitas di sana seperti para pedagang Melayu yang keluar dari Malaka setelah direbut Portugis (1511), pedagang Portugis sendiri yang diusir oleh Belanda dari Malaka (1641), para pedagang lokal, pedagang Denmark dan Inggris, semuanya terlibat aktif dalam perdagangan tekstil India dengan rempah-rempah Maluku yang harus berhadapan dengan sistem monopoli VOC.  (Sumber: Bank Indonesia Institute, Pusat Ekonomi Maritim Makassar Dan Peranan Bank Indonesia Di Sulawesi Selatan, 2019)

Sebelumnya.... Politik-Ekonomi Makassar dan Sekitarnya (1528-1864) 3 - Arung Makassar (arungsejarah.com)