Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebangkitan Perdagangan di Makassar Hingga Awal Abad ke-20 (3)

Kebangkitan Perdagangan di Makassar Hingga Awal Abad ke-20, Makassar, macassar, makasser, somba opu, tallo, Gowa-Tallo, benteng rotterdam, fort rotterdam, pelabuhan makassar, bank makassar, Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 Nationaal Archief (www.gahetna.nl), kerajaan gowa tallo, karaeng bainea, karaeng baineya, karaeng bayo, Karebosi Dalam Peta Kota Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Tallo dan Sombaopu, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa, Sejarah Makassar, Sejarah Kota Makassar, Jejak Makassar dalam Catatan Portugis, Sejarah kerajaan Makassar, sejarah kerajaan Tallo, asal mula kerajaan tallo, perang makassar, idwar anwar,  arung makassar, karaeng makassar, karaeng loe, karaeng tallo, karaeng gowa, bandar makassar,pelabuhan makassar,
Kapal Plancius dari Koninklijk Paketvaart Maatschappaij (KPM). KPM Mulai beroperasi pada 1891 sebagai Tulang Punggung Transportasi Laut Pemerintah Kolonial (Sumber: Koleksi Tropenmuseum)

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Kebangkitan Perdagangan di Makassar Hingga Awal Abad ke-20 (3).


SEMENTARA itu, data lainnya memperlihatkan ekspor kopra pada tahun 1891-1938 yang terjadi di beberapa daerah seperti Makassar, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Manado, Bali dan Lombok, serta Kepulauan lain. Terlihat bahwa ekspor kopra dari wilayah-wilayah tersebut didominasi oleh kopra asal Makassar. 

Terlihat bahwa sejak tahun 1891 Makassar menjadi wilayah terbesar pengekspor kopra dibandingkan dengan wilayah lain. Puncak dari ekspor Makassar adalah tahun 1938 pasca krisis ekonomi Malaise yakni mencapai lebih dari 250.000 ton, atau lebih dua kali lipat hasil ekspor Manado yang menjadi peringkat kedua yakni sebesar 100.122 ton.

Puncak dari harga kopra di pasaran dunia terjadi pada tahun 1920. Jumlah ekspor kopra dari Makassar mencapai 50.792 ton dengan nilai 13.713.840 gulden. Manado berada pada posisi kedua, yaitu 46.250 ton dengan nilai 12.487.500 gulden. 

Kalimantan Barat 39.722 ton dengan nilai 10.724.940 gulden dan Sumatera Barat 19.234 ton dengan nilai 5.192.910 gulden.96 Secara keseluruhan nilai ekspor kopra dari empat wilayah tersebut mencapai 42.119.190 gulden di luar Jawa dan Madura. 

Walaupun secara kuantitas ekspor masih kalah dengan periode sebelumnya, namun secara harga karena permintaan yang tinggi menyebabkan harga kopra naik, sehingga pendapatan ekspor yang dihasilkan menjadi lebih besar. 

Dalam pengangkutan kopra untuk diperdagangkan, komoditas itu banyak dibawa ke Makassar dari wilayah pedalaman yang selanjutnya di ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat melalui jalur pelayaran internasional. 

Untuk jalur Eropa, perkapalan itu banyak dilayani oleh perusahaan Nederlandsche Lloyd, Rotterdamsche Lloyd, Deutsch Australische Dampfschiff Gesellschaft (DADG), dan Ocean Steamship Company. 

Ketiga perusahaan tersebut melayani jalur rutin Makassar-Eropa dengan membawa kopra. Selain itu, untuk jalur Makassar-Singapura dilayani oleh KPM, Nord Deutsche Lloyd, Wilhelm, Ban Poh Guan, dan Nam Yong yang secara rutin mengunjungi pelabuhan Makassar. 

Semakin maju dan berkembangnya teknologi pelayaran membuat pelabuhan Makassar semakin ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang terutama kapal dagang asing. Pada tahun 1915, sebuah pelayaran baru dibuka untuk jalur Jawa-Cina-Jepang dan Jawa-Pasifik. Tujuannya adalah untuk membuka hubungan dagang antara Hindia Belanda, Filipina, Hongkong, Jepang, dan San Francisco. 

Dalam pelayaran tersebut, Pelabuhan Makassar disinggahi sebulan, seperti halnya Manila dan pantai barat Amerika Utara. Kapal-kapal yang melayani jalur itu adalah SS Tjikembang, Nederlandsche Lloyd, dan Rotterdamsche Lloyd.

Pengembangan pelabuhan Makassar berdampak pada semakin ramainya kapal-kapal yang masuk di pelabuhan Makassar. Kapal dan perahu setiap tahunnya bertambah, baik kapal Eropa maupun kapal-kapal pribumi.

Meningkatnya dinamika perdagangan di Makassar secara langsung turut memengaruhi Makassar sebagai pusat perdagangan. Pola niaga yang pada umumnya dikuasai oleh orang Tionghoa memberikan wajah baru dalam struktur ekonomi, yang sebelumnya banyak dikuasai oleh pedagang lokal. 

Para pedagang Cina semakin memiliki peranan dalam pola niaga ini. Salah satunya adalah peranan mereka dalam menjadi perantara antara pemilik modal dengan para petani kelapa. Selain itu, pola lain dalam tata niaga di Makassar terkait dengan kerjasama perdagangan antara pengusaha dengan pemilik kapal. Kapal niaga yang disewa oleh pengusaha di Makassar terbuka untuk menanamkan sahamnya atau sebagai pemilik modal. 

Selain kopra sebagai komoditas primadona, komoditas lain yang juga dihasilkan Makassar adalah beras. Beras digunakan sebagai bahan makanan pokok bagi masyarakat Sulawesi Selatan sehingga kemudian wilayah ini juga memiliki areal persawahan yang luas. 

Hasil beras yang dihasilkan sebagian dikonsumsi masyarakat Sulawesi Selatan, kemudian kelebihannya diekspor ke berbagai wilayah. Pada pertengahan kedua tahun 1911 harga beras di pasar dunia mulai melonjak. Pada tahun 1911 harga beras berkisar 3.50 gulden sampai 8 gulden perpikul.

Di wilayah Makassar dan sekitarnya, daerah penghasil beras di antaranya adalah Bone, Soppeng, Wajo dan Sinjai. Dari Sinjai selama ini di ekspor 24.331 pikul beras. Dari Bulu (Soppeng) pada bulan kedua di tahun 1913 diekspor sebanyak 5.747 pikul beras, yang senilai 32.631 gulden dan di tahun 1914 diekspor lagi 3.251 pikul beras. 

Daerah hasil produksi beras pada tahun 1920 adalah Pallime (Bone) yang menghasilkan beras 109.000 pikul, tahun 1921 beras berjumlah 146.631 pikul, pada tahun 1922 berjumlah 84.890 pikul beras dan selanjutnya pada tahun 1923 terdapat 64.192 pikul beras.

Bersambung.... Kebangkitan Perdagangan di Makassar Hingga Awal Abad ke-20 (4) - Arung Makassar (arungsejarah.com)

Sebelumnya.... Kebangkitan Perdagangan di Makassar Hingga Awal Abad ke-20 (2) - Arung Makassar (arungsejarah.com)