Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510 (4)

Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510, Makassar, macassar, makasser, somba opu, tallo, Gowa-Tallo, benteng rotterdam, fort rotterdam, pelabuhan makassar, bank makassar, Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 Nationaal Archief (www.gahetna.nl), kerajaan gowa tallo, karaeng bainea, karaeng baineya, karaeng bayo, Karebosi Dalam Peta Kota Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Tallo dan Sombaopu, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa, Sejarah Makassar, Sejarah Kota Makassar, Jejak Makassar dalam Catatan Portugis, Sejarah kerajaan Makassar, sejarah kerajaan Tallo, asal mula kerajaan tallo, perang makassar, idwar anwar,  arung makassar, karaeng makassar, karaeng loe, karaeng tallo, karaeng gowa, bandar makassar, pelabuhan makassar

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510 (4).


KEDATANGAN orang Belanda dengan bendera VOC (Vereenigde OostIndische Compagnie) pada abad ke-17 awalnya hanya berdagang. Dalam upaya menjalin kontak dagang untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, VOC membentuk kantor perwakilan dagang dan mendirikan loji (kantor perwakilan sekaligus tempat penyimpanan) di beberapa wilayah di Nusantara, termasuk Makassar. 

Upaya-upaya tersebut dilakukan VOC dengan tujuan memperkuat pengaruhnya di Nusantara. Pada awal kedatangannya, VOC merasa terancam oleh unsur kekuatan lokal, karena itu mereka berusaha menemukan lokasi yang dapat digunakan untuk mendirikan benteng pertahanan dan pemusatan kekuatan perang serta niaga.

Kedudukan politik dan ekonomi Kerajaan Makassar yang kuat menjadi ancaman besar bagi VOC yang mempraktikkan politik monopoli. Konflik antara Kerajaan Makassar versus VOC yang berlangsung sejak 1615 mencapai puncaknya dalam Perang Makassar pada Desember 1666 hingga 18 November 1667. VOC berhasil mengalahkan Kerajaan Makassar dan memaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (Het Bongaais Verdrag) yang isinya sangat menguntungkan VOC. 

Sebaliknya, perjanjian itu amat merugikan Kerajaan Makassar sehingga menimbulkan gejolak perlawanan kembali pada 1668. Namun, kekuatan VOC mampu menekan semua perlawanan sehingga perjanjian disahkan kembali pada 1669.

Akibat praktik monopoli VOC, perdagangan Makassar lesu dan memudar.45 Bahkan dalam kurun waktu itu, perdagangan dan perniagaan Makassar bisa dikatakan mengalami kemerosotan yang hampir mencapai titik “kesunyian.”46 Hal itu berarti jaringan perdagangan Makassar yang telah berkembang lebih dari satu abad sebelumnya menghadapi tantangan berat. 

Kemerosotan itu berpangkal pada kebijakan ekonomi VOC yang melakukan monopoli dan penetapan Batavia sebagai satu-satunya pusat kegiatan ekonomi. Di samping itu dilakukan pembatasan penduduk suku Bugis-Makassar yang bergiat dalam pelayaran niaga di daerah produksi komoditas rempah-rempah di bagian timur. Makassar hanya dijadikan pos pengamanan terdepan untuk melindungi monopoli perdagangan VOC. 

Kebijakan itu membuat Makassar hanya berperan sebagai bandar kecil bagi pelayaran niaga pesisir. Lingkup kegiatan niaga rempah-rempah hanya berpusat di bandar niaga Maluku yang dikuasai VOC. Akibatnya Pelabuhan Makassar hanya berperan sebagai pelabuhan singgah gerak rempah-rempah dan komoditas permintaan antara Maluku dengan Batavia. 

Di balik cengkeraman VOC di Makassar, terjadi pula guncangan yang memengaruhi posisi kompeni di kota tersebut. Pada 1776, meletus perlawanan Batara Gowa yang dipimpin oleh Raja Gowa yang meninggalkan tahta dan mengembara ke tempat lain. Pemimpin gerakan yang disebut Batara Gowa I Sangkilang itu berhasil merebut pos VOC di Maros pada 1777.

Wilayah Maros dan sekitarnya merupakan daerah yang sangat potensial bagi VOC karena sebagian besar produk beras yang diekspor VOC ke Maluku berasal dari daerah itu. Demikian pula asal budak yang didatangkan dari daerah Maros dan sekitarnya. 

Kendati berhasil memadamkan gerakan Batara Gowa pada Juli 1778, VOC tidak dapat segera merebut kembali wilayah yang diduduki Bone. Hal itu berkaitan dengan pecahnya Perang Inggris–Belanda IV (1780–84), yang memengaruhi posisi VOC. 

Baru setelah perang usai, VOC giat kembali memperluas kekuasaannya di Semenanjung Malaka untuk membendung Inggris agar tidak memasuki dunia perdagangan di Asia Tenggara dan Asia Timur. Usaha itu tidak berhasil memperbaiki kekuasaan dan ekonomi VOC yang memang telah merosot akibat dari permasalahan internal badan dagang itu seperti korupsi.

Kondisi keuangan VOC dinyatakan berada dalam keadaan yang menyedihkan pada 1787. Ketika pecah pergolakan politik di Eropa akibat Revolusi Perancis (1789), posisinya kembali terancam oleh Inggris yang kemudian berhasil merebut Malaka dan Maluku pada 1795. 

Goyahnya kedudukan politik dan ekonomi VOC di wilayah koloni membuat kompeni secara resmi menyerahkan koloninya kepada Pemerintah Kerajaan Belanda pada 1799. VOC kemudian dinyatakan bubar sejak Januari 1800.

Sebelumnya.... Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510 (3) - Arung Makassar (arungsejarah.com)