Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Uang, Komoditas, dan Jaringan Perdagangan Maritim Makassar Abad XVI (1)

Uang, Komoditas, dan Jaringan Perdagangan Maritim Makassar Abad XVI,Makassar, macassar, makasser, somba opu, tallo, Gowa-Tallo, benteng rotterdam, fort rotterdam, pelabuhan makassar, bank makassar, Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 Nationaal Archief (www.gahetna.nl), kerajaan gowa tallo, karaeng bainea, karaeng baineya, karaeng bayo, Karebosi Dalam Peta Kota Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Tallo dan Sombaopu, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa, Sejarah Makassar, Sejarah Kota Makassar, Jejak Makassar dalam Catatan Portugis, Sejarah kerajaan Makassar, sejarah kerajaan Tallo, asal mula kerajaan tallo, perang makassar, idwar anwar,  arung makassar, karaeng makassar, karaeng loe, karaeng tallo, karaeng gowa, bandar makassar,pelabuhan makassar,
Uang Jinggara yang beredar di Kesultanan Gowa-Tallo

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Uang, Komoditas, dan Jaringan Perdagangan Maritim Makassar Abad XVI (1).


PERDAGANGAN adalah hubungan ekonomi antarbangsa yang paling tua dan sangat penting, meskipun dalam sejarah perkembangan hubungan internasional kegiatan itu diikuti dengan perang, seperti tampak dalam sejarah perdagangan di Nusantara, baik pada periode sebelum kedatangan pedagang Eropa maupun sesudahnya. 

Perang menyertai perdagangan itu ditempatkan dalam kaitannya dengan pajak perdagangan karena merupakan salah satu sumber kesejahteraan terpenting bagi elite politik dan kekuasaan imperial. Itulah sebabnya sejumlah kerajaan yang berada pada persimpangan niaga berkembang dan berusaha mengawasi jalur perdagangan seperti di Afrika, Mediterania, India, Cina, dan Asia Tenggara. 

Kenyataan itu mendasari sejarawan Brooks Adams menyatakan bahwa “pergeseran dalam jalur perdagangan dan pengawasan jalur-jalur itu menjadi kunci bagi sejarah kemanusiaan.” 

Posisi geografi Makassar yang strategis menjadikan kedudukannya sangat penting dalam percaturan ekonomi, politik dan sosial dalam kaitannya dengan kontak dan jalinan hubungan antara pemerintahan lokal dan penetrasi Barat. 

Perdagangan berperan sebagai kebutuhan dasar dalam membangun perekonomian Makassar. Dalam konteks penguasaan hegemoni perdagangan tersebut akan selalu terkait dengan tiga aspek penguasaan yaitu jalur perdagangan, komoditas perdagangan, dan penggunaan uang sebagai simbol hegemoni kekuasaan. 

Jalur pelayaran dan perniagaan Jawa–Makassar–Maluku merupakan jalur perdagangan rempah-rempah. Makassar menjadi pelabuhan singgah bagi kapal dagang Belanda yang berlayar dari Batavia ke Maluku. 

Makassar juga menjadi salah satu bandar perdagangan tekstil, budak, dan beras. Kapal-kapal Belanda datang membawa komoditas dari Eropa berupa kain lena, candu, dan sebagainya. Sementara itu yang dibawa dari dunia Timur berupa aneka jenis minuman keras, mata uang, beragam porselin Cina dan tembikar, dan sebagainya. 

Selain ke Makassar, berbagai komoditas itu dipasarkan ke berbagai wilayah lain di Sulawesi bagian selatan seperti Maros, Talakar, Bantaeng, dan Bulukumba. Dari berbagai wilayah itu, mereka membawa komoditas berupa beras, budak, teripang, tenunan lokal, gula aren, dan lain-lain untuk memenuhi permintaan di Maluku dan Batavia. 

Telah disebutkan bahwa perkembangan niaga kota Makassar memberikan gambaran timbulnya persaingan yang sengit antara Kerajaan Makassar dan VOC yang semakin memperkuat kedudukannya dalam memonopoli perdagangan. 

Walau hanya menguasai produksi beras, rotan dan teripang, Makassar dipandang sebagai pusat terpenting bagi pedagang yang membutuhkan rempah-rempah dan kayu cendana baik mereka yang berdagang di jaringan perdagangan Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara maupun dari Eropa. 

Untuk itu dukungan penduduk menjadi faktor terpenting untuk melakukan pelayaran niaga ke berbagai penjuru daerah produksi komoditas. Kegemilangan yang dicapai itu mengalami kesuraman dan kemunduran sejak kedatangan VOC dan kekalahan Makassar menghadapi kompeni dagang itu. 

Walaupun berhasil menaklukkan Makassar, tidak mudah bagi VOC untuk menguasai jaringan perdagangan. Dengan kekuatan di laut yang besar dan jaringan perdagangan internasional yang luas, VOC belum mampu mematahkan jaringan perdagangan Asia yang telah berkembang sebelumnya. 

Menghancurkan satu pusat perdagangan ternyata tidak secara otomatis menguasai seluruh jaringannya. Dalam hal ini hancurnya satu pusat jaringan perdagangan selalu disusul oleh munculnya pusat-pusat perdagangan yang lain selama jaringan perdagangan itu masih ada. 

Penguasaan Belanda atas Makassar memprekondisikan muncul dan berkembangnya pusat-pusat perdagangan baru, baik di Jawa (Banten), kawasan Sulu, Kutai, Banjarmasin, Riau, dan beberapa kota pelabuhan di Semenanjung Malaya. 

Di pusat-pusat perdagangan yang baru itu, VOC belum memiliki kekuasaan untuk memaksakan monopolinya. Itu sebabnya VOC selalu memandang curiga terhadap pusat-pusat perdagangan itu yang dibayangkannya sebagai sarang penyelundupan dengan wilayah monopolinya di Maluku.

Bersambung.... Uang, Komoditas, dan Jaringan Perdagangan Maritim Makassar Abad XVI (2) - Arung Makassar (arungsejarah.com)