Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510 (3)

Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510, Makassar, macassar, makasser, somba opu, tallo, Gowa-Tallo, benteng rotterdam, fort rotterdam, pelabuhan makassar, bank makassar, Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 Nationaal Archief (www.gahetna.nl), kerajaan gowa tallo, karaeng bainea, karaeng baineya, karaeng bayo, Karebosi Dalam Peta Kota Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Tallo dan Sombaopu, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa, Sejarah Makassar, Sejarah Kota Makassar, Jejak Makassar dalam Catatan Portugis, Sejarah kerajaan Makassar, sejarah kerajaan Tallo, asal mula kerajaan tallo, perang makassar, idwar anwar,  arung makassar, karaeng makassar, karaeng loe, karaeng tallo, karaeng gowa, bandar makassar, pelabuhan makassar

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510 (3).


SEBAGAIMANA disebutkan, nama ‘Makassar’ telah dikenal jauh sebelum bandar Makassar baru muncul. Jika informasi tersebut dihubungkan dengan kedudukan Bandar Makassar dan Kerajaan Makassar yang dalam perkembangannya ditempatkan sebagai satu-satunya bandar terpenting dalam pelayaran ke Maluku, maka dapat dikatakan bahwa penamaan itu berkaitan dengan kedudukan bandar dan kerajaan itu di kawasan jalur utara pelayaran Malaka–Maluku. 

Posisi itu menempatkan Makassar menjadi bandar terpenting dan pusat perdagangan transito internasional dalam dunia perdagangan maritim pada akhir abad ke-16 hingga paruh pertama abad ke-17. Makassar menjadi pusat niaga untuk pelaut dan pedagang di Asia dan Eropa dalam komoditas rempah-rempah. Dalam salah satu catatan harian pegawai VOC pada 1624 disebutkan, 

"Semua pedagang Melayu dan asing lainnya, lebih dari 600 pedagang, mempersiapkan diri untuk berlayar lagi, mengikuti datangnya muson barat. Kebanyakan dengan perahu kecil (biasa untuk perdagangan rempah-rempah) menuju Amboina dan daerah sekitarnya dengan modal yang besar yang dapat mereka bawa, sebagian berupa beras, tetapi kebanyakan berupa alat tukar. 

Keuntungan tahun lalu mendorong mereka untuk tekun dan bersemangat dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih dari tahun sebelumnya; dikatakan bahwa raja (Makassar) mengirim dua orang pemimpin di antara mereka dengan tanggungjawab utama bila penduduk Amboina dan sekitarnya membutuhkan bantuan, mereka akan menolong sepenuhnya seperti dahulu, sesuai dengan kemampuan mereka."

Makassar juga dikenal sebagai bandar transito internasional dalam perdagangan rempah-rempah dan kayu cendana. Semua pedagang Asia dan Eropa datang dan memiliki kantor perwakilan dagang—populer disebut loji—di bandar ini. Dalam hal ini peran pelaut dan pedagang Makassar juga tidak dapat diabaikan. 

Mereka melakukan pelayaran niaga antara Makassar dan daerah penghasil komoditas terpenting ketika itu yakni Maluku, pusat rempah-rempah, dan Timor serta Sumba, penghasil kayu cendana. Kedua komoditas itu telah memikat pedagang lain datang ke Makassar. 

Setelah Malaka dikuasai VOC, banyak pedagang Melayu mengalihkan perhatiannya ke Makassar sehingga Makassar semakin ramai karena menjadi tempat persinggahan dan penimbunan rempah-rempah dari Maluku. Pedagang Makassar membawa beras ke Maluku dan sekembalinya mereka membawa rempah-rempah, kemudian dijual kepada pedagang-pedagang Portugis, Inggris, Cina, dan Arab. 

Untuk memenuhi permintaan beras dari Maluku, Makassar (kerajaan kembar Gowa-Tallo) memperluas pengaruhnya ke Bima dan berbagai kerajaan di pedalaman Bugis seperti Sidenreng, Wajo dan Bone.

Pada periode sebelumnya, yakni pada permulaan abad ke-16, Makassar belum terlalu berarti dalam lalu-lintas perdagangan Nusantara. Perdagangan masih banyak didominasi oleh orang-orang Melayu, Aceh dan Jawa. 

Para pedagang itu bertindak sebagai pedagang perantara yang berlayar dari pulau ke pulau di Indonesia Timur sehingga pedagang Melayu atau Jawa itu terlibat sebagai pedagang rempah-rempah. Dalam Dagregister (1625) disebutkan bahwa orang-orang Makassar mengarungi samudra ke tempat jauh, tetapi mereka berlayar dengan perahu berukuran kecil di sekitar Pulau Sulawesi.

Jadi orang-orang Makassar sudah belajar dan berdagang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Makassar ketika itu belumlah turut aktif ambil bagian dalam perdagangan internasional dan menempuh jarak jauh seperti yang dilakukan orang-orang Melayu dan Jawa. 

Sebagian besar orang Makassar masih berkonsentrasi dalam kehidupan agraris40 sedangkan yang aktif dalam pelayaran dan perdagangan adalah orang-orang Bugis yang berasal dari Wajo dan Bone. Seperti dikatakan Pires, orang-orang Bugis berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Kalimantan, dan berbagai tempat seperti Pahang dan Siam.

Kepindahan pedagang Melayu dan pedagang yang lain dari Malaka ke Makassar memiliki arti penting pada permulaan abad ke-17 setelah jatuhnya kota-kota dagang pantai utara Jawa Timur dan datangnya kaum pedagang yang dahulu singgah di berbagai kota dagang. 

Makassar menjadi lebih ramai karena menjadi tempat persinggahan dan tempat penimbunan terbesar perdagangan rempah-rempah dari Maluku.  

Bersambung.... Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510 (4) - Arung Makassar (arungsejarah.com)

Sebelumnya.... Makassar sebagai Bandar Niaga dan Maritim 1510 (2) - Arung Makassar (arungsejarah.com)