Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Terbentuknya Kota Makassar (3)

Sejarah Terbentuknya Kota Makassar, Makassar, macassar, makasser, somba opu, tallo, Gowa-Tallo, benteng rotterdam, fort rotterdam, pelabuhan makassar, bank makassar, Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 Nationaal Archief (www.gahetna.nl), kerajaan gowa tallo, karaeng bainea, karaeng baineya, karaeng bayo, Karebosi Dalam Peta Kota Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Tallo dan Sombaopu, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gowa, Sejarah Makassar, Sejarah Kota Makassar, Jejak Makassar dalam Catatan Portugis, Sejarah kerajaan Makassar, sejarah kerajaan Tallo, asal mula kerajaan tallo, perang makassar, idwar anwar,  arung makassar, karaeng makassar, karaeng loe, karaeng tallo, karaeng gowa, bandar makassar,pelabuhan makassar,
Dr. Edward L. Poelinggomang dan Les Isles Philippines Molucques et de La Sonde (1710) karya Nicolas de Fer 

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Terbentuknya Kota Makassar (3).


Terbentuknya Bandar Makassar

PERKEMBANGAN dan kemajuan bandar niaga lain (seperti Siang) di pesisir barat Sulawesi itu mendorong Raja Gowa X, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, Tunipalangga Ulaweng (1546-1565) berkeinginan mengubah kebijakan politik pendahulunya. Ia beranggapan bahwa perluasan pengaruh kekuasaan saja kurang memberikan peluang bagi kemajuan bandar niaga kerajaan kembar itu. 

Oleh karena itu dicanangkan kembali tindakan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan pesisir dan kerajaan-kerajaan yang memiliki potensi ekonomi, dengan kebijakan baru yaitu memaksa kerajaan-kerajaan taklukan untuk tunduk dan patuh kepadanya dan mengangkut orang dan barang dari negeri taklukan, khususnya yang bergiat dalam dunia perdagangan maritim ke bandar negerinya. 

Kebijakan itu saya sebut sebagai kebijakan makkanama nu mammio (aku bertitah dan kamu menaatinya), karena konsep itu yang digunakan untuk menmgangkut orang dan barang dari penduduk kerajaan taklukan. 

Penduduk di daerah taklukan yang bergiat dalam dunia perdagangan maritim seperti: Siang, Bacokiki, Suppa, Sidenreng, dan Napo diangkut dan dimenetapkan di wilayah kota pelabuhan Tallo dan Sombaopu.

Kebijakan ini berakibat bandar-bandar niaga yang berada di pesisir jazirah selatan menjadi sirna, dan hanya ada dua bandar yaitu Tallo dan Sombaopu, namun secara fisik sudah sulit dipisahkan karena wilayah antara dua bandar itu telah menyatu dan tampak menjadi satu bandar yang terbentang dari muara Sungai Bira (Sungai Tallo) hingga muara Sungai Jeneberang yang dipenuh oleh para pedagang dari berbagai bandar niaga yang berstatus Makassar sebelumnya. 

Kenyataan itu yang mendasari para pedagang itu menyebut bandar niaga Tallo dan Sombaopu itu dengan sebutan Makassar, dan tidak menyebut Tallo Makassar dan Sombaopu Makassar karena keduanya telah menyatu. Sebutan yang sama pula untuk menyebut dua kerajaan kembar yang telah membentuk persatuan itu dengan Kerajaan Makassar, nama yang sama atas bandar niaga mereka. 

Dalam struktur kerajaan kembar inilah dikenal raja Gowa menjadi raja atau kepala kerajaan dan raja Tallo menjadi mangkubumi atau kepala pemerintahan kerajaan. Gambaran ini menunjukan bahwa strategi untuk memajukan kota pelabuhan Makassar adalah memudarkan pelabuhan-pelabuhan yang berkembang di sekitarnya

Di samping kebijakan menempatkan bandar niaga Tallo dan Sombaopu sebagai satu-satunya pusat niaga, kerajaan kembar ini juga melaksanakan “kebijakan pintu terbuka” (open door policy) dengan menganut prinsip ‘laut bebas” (mare liberium). 

Kebijakan itu melapangkan para pelaut dan pedagang yang bergiat dalam dunia perdagangan maritim di kawasan kepulauan ini berdatangan dan memohon izin menetap dan berniaga. Setelah Tunipalangga Ulaweng melaksanakan kebijakan penaklukannya, maka datang pedagang Melayu memohon izin untuk menetap dan berniaga. Sebelum kehadiran pedagang ini, telah menetap di dekat Benteng Sombaopu, pedagang Portugis (1532). 

Kebijakan ini yang telah mendorong pihak penguasa Portugis di Malaka mengawali hubungan kerjasama dalam dunia perdagangan dengan Makassar.. Penguasa kota pelabuhan Makassar mulai mengekport sejumlah komoditi penting pada tahun 1559, diantaranya rempah-rempah, kayu cendana, dan beras, sementara mengimpor kebutuhan lain, seperti tekstil, senjata dan amunisi.

Perlu dinyatakan disini, bahwa apa yang diungkapkan oleh Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental yang ditulis pada 1513 tentang Makassar itu adalah kota pelabuhan yang telah jauh lebih dahulu berkembang di pesisir barat Sulawesi, seperti Siang, Suppa, dan Bacokiki. Dalam buku itu dinyatakan bahwa:

"Kepulauan Makassar berada di jalur menuju Maluku, yang dicapai lewat pelayaran dari Tanjungpura selama empat atau lima hari. Kepulauan itu terdiri dari banyak pulau dan merupakan negeri besar. Dari sini kita dapat bertolak ke Buton dan Madura dan juga ke utara. Penduduknya masih kafir. Penduduk kepulauan ini melakukan perdagangan dengan Malaka, Jawa, Kalimantan, Siam, dan semua tempat antara Pahang dan Siam, Mereka lebih mirim orang Siam dari ras lainnya” (Cortesao, 1944:226).

Bersambung... Sejarah Terbentuknya Kota Makassar (4) - Arung Makassar (arungsejarah.com)