Makassar, Kota Niaga dan Maritim: Tinjauan Akhir
MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Makassar, Kota Niaga dan Maritim: Tinjauan Akhir.
Tinjauan Akhir
Gambaran ringkas yang diungkapkan ini menunjukan bahwa dalam proses sejarah kota ini pernah mengalami perubahan nama dua kali. Pertama, pada tahun 1669, Ketika Spelman ingin membangun Makassar menjadi pos pengaman kepentingan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Untuk maksud itu, wilayah kota
diperkecil dan nama Makassar diubah
menjadi Vlaardingen, agar dapat memudarkan kedudukan kota ini sebagai bandar
transito internasional yang terpenting ketika itu. Karena kemajuan Makassar
dipandang tidak melapangkan kebijakan monopoli perdagangan, konsep yang ketika
itu tertuju pada keinginan untuk berdagang sendiri. Itulah sebabnya semua
pedagang asing (Eropa dan Timur asing lainnya) diperintahkan untuk meninggalkan
Makassar.
Perubahan nama kedua kalinya terjadi ketika H.M. Daeng Patompo menjadi walikota Makassar. Perubahan ini didalihkan karena wilayah kota diperluas setelah memasukan bagian dari wilayah beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Pangkep.
Perluasan wilayah itu tampaknya
dipandang dapat membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan di
Makassar, sehingga pemerintah pusat mendorong walikota Makassar untuk
menggantikan nama Makassar yang dikenal sebagai bandar niaga yang pernah
menyandang keberhasilan yang tiada bandingnya dalam dalam kegiatan perdagangan
maritim dalam sejarah Indonesia itu menjadi Ujungpandang.
Sejarawan mencatat bahwa sebelum perubahan nama pertama terjadi, Makassar adalah satu-satunya pelabuhan transito internasional yang terpenting di wilayah Asia Tenggara. Anthony Reid berkesimpulan dari hasil studinya bahwa kemajuan perdagangan Makassar merupakan kisah keberhasilan yang tiada bandingnya dalam sejarah Indonesia.
Ketenaran itu diredupkan oleh kebijakan Speelman, namun kemudian nama itu kembali dimatereikan ketika mulai dibuka kembali menjadi pelabuhan niaga bagi pedagang Cina. Pada waktu semakin maraknya kegiatan perdagangan pada abad ke-19, Makassar dijadikan salah satu pelabuhan bebas pada 1 Januari 1847.
Kebijakan itu memberikan peluang Makassar tampil menjadi
pelabuan saingan terpenting dari kemajuan Singapura, sehingga memaksa pedagang
Inggeris dan Cina di Singapura mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Makassar
. Oleh karena kemajuan dan keberhasilan Makassar itu dipandang tidak
melapangkan Batavia, Semarang, dan Surabaya berkembang maka pemerintah kolonial
membatalkan kedudukan itu pada 1906.
Pada era kemerdekaan, kota Makassar kembali mengalami perubahan nama menjadi Ujungpandang pada tahun 1972. Setelah 27 tahun kemudian kembali mengembankan nama Makassar. Mudah-mudahan nama Makassar yang berindikasi bagi kemajuan kegiatan perdagangan itu akan kembali bergema atas keinginan baik pemerintah untuk menjadikan kota pelabuhan ini bandar internasional, yang bukan hanya diberikan peluang bagi kapal-kapal asing boleh mengunjungi pelabuhan ini, tetapi juga boleh melakukan kegiatan impor dan ekspor langsung dengan dunia perdagangan internasional dan menjadi pelabuhan transito internasional.
Makna
predikat nama Makassar yang tampak menunjukan pada kegiatan perdagangan dapat
kembali meraih kegemilangannya.
Sebelumnya.... Tantangan bagi Makassar Sebagai Bandar Internasional Abad 17 - Arung Makassar (arungsejarah.com)
Daftar Bacaan
Andaya, Leonard Y. 1981. The Haritage of Arung Palakka. A History of
South Sulawesi (Celebes) in the Seventeenth Century, The Hague: Martinus
Nijhoff. (VKI No. 91)
Cortesao, Amando. 1944. The Suma Oriental of Tome Pires and the Book
of Francisco Rodriques, London: Robert Mackehose & Co Ltd.
Erkelens, B. 1897.
“Geschiedenis van het Rijk Gowa”, dalam VBG,
Vol ke-50
Leur, J.C. van. 1983. Indonesian Trade and Society. Essays in
Asian Sociel and Economic History, Dordreecht: Foris Publication.
Noorduyn, J. 1983. “De
Handelrelatie van het Makassarsche Rijks volgen de Notitie van Cornelis
Speelman uit 1670”, dalam: Nederlandsche
Historische Bronnen, No. 3, hal. 99-123.
Poelinggomang, 2002. Makassar Abad XIX. Studi tentang Kebijakan
Perdagangan Maritim, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Reid, Anthony, 1983. “The
Rise of Makassar”, dalam: RIMA, Vol.
XVII, hal. 117-160.
Stapel, F.W. 1922. Het
Bongaais Verdrag, Leiden: Disertasi Rijks Universiteit Leiden
Sutherland, H.A. 1989.
“Eastern Emporium and Company Town: Trade and Society in the Eighteenth Century
Makassar”, dalam: Frank Broeze, ed. Brides
of the Sea. Port Cities of Asia from 16th-20th Centuries, Keinsington: New
South Wales University Press, hal. 97-128.
Wolhoff, G.J. dan
Abdurrahim. T.thn., Sedjarah Goa.
Makassar: Jajasan Kebudajaan Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Wong Lin Ken. 1961. The Trade of Singapore, 1819-1859, Singapore: The Wah Press (JMBRAS Vo. XXXIII, No. 1).