Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Politik-Ekonomi Makassar dan Sekitarnya (1528-1864) 2

Peta Kerajaan Makassar pada Abad ke-17 (Sumber: Nationaal Archief (www.gahetna.nl)

MAKASSAR.ARUNGSEJARAH.COM - Politik-Ekonomi Makassar dan Sekitarnya (1528-1864) 2.


TERLETAK pada hamparan laut di titik persimpangan pulau-pulau di Nusantara, membuat posisi Makassar sangat strategis sehingga ramai dikunjungi orang. Nelayan dan pedagang yang berlayar di perairan sekitarnya ataupun hendak menuju kawasan Asia Pasifik dan Eropa pastilah menyinggahi pelabuhan kota itu. 

Faktor lain yang mendukung pertumbuhan Makassar sebagai kota pantai adalah topografinya dengan bentuk tanah dan pantainya. Bukit-bukit pantai di kawasan Makassar yang secara geologis baru saja terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu membuat pantai Makassar seperti yang ada sekarang.

DARI segi iklim dan cuaca, sebagaimana wilayah Indonesia lainnya, terdapat dua musim yakni musim hujan dan kemarau. Perubahan musim ini bergantung pada keadaan muson. Musim hujan berlangsung antara Oktober hingga April berkat angin muson barat laut (muson basah), yang bertiup mulai September dan memasuki wilayah Sulawesi pada Oktober. Musim penghujan berakhir ketika angin muson basah berhenti dan selanjutnya diganti dengan angin muson tenggara yang kering pada Juni.

Angin muson itu tidak hanya memengaruhi perubahan musim tetapi juga pelayaran dan perdagangan. Angin muson barat laut dimanfaatkan oleh pedagang yang berada di bagian barat, seperti Malaka, Riau, Johor, dan Batavia untuk berlayar ke arah timur, ke Kota Makassar dan terus ke Kepulauan Maluku. Pelayaran balik dari Maluku dan Papua ke arah barat umumnya menggunakan angin muson timur laut yang bertiup dari Mei hingga September. 

Pelayaran ke arah barat dilakukan dari Maluku, singgah di Makassar, lalu melanjutkan pelayaran ke wilayah barat hingga ke Pulau Sumatera dan Selat Malaka.8 Siklus muson di wilayah Sulawesi menjadikan Makassar sebagai pusat jalur perdagangan, baik jalur perdagangan barat (Eropa, Gujarat, India Selatan, Semenanjung Malaka, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan-Makassar-Maluku serta Papua), maupun jalur pelayaran utara (Cina, Filipina, dan Jepang–Makassar–Nusa Tenggara–Australia). 

Keadaan geografis dan iklim di Sulawesi Selatan memberikan warna kehidupan orang setempat yang memiliki keragaman tradisi masing-masing di wilayah tersebut. Terlihat dalam ungkapan berikut, 

Ia-pakarajai wanu-e; adapun yang membuat negeri besar 

Rekkua engka tasi’ akkajang karena ada laut tempat berkehidupan 

Padang maloang alloang-rumang, lahan luas untuk pertanian dan 

Pasa’marowa’abbaureng pasar yang ramai perniagaan 

Ungkapan tersebut menunjukkan ciri-ciri utama negeri-negeri di Sulawesi Selatan sebagai yaitu palloang-ruma (petani), pakkaja (pelaut atau nelayan), dan pabbalu’ atau padangkang (pedagang). Ciri-ciri utama memberi petunjuk tentang aksentuasi umum yang dimiliki setiap negeri. 

Dalam jaringan perdagangan domestik antarpulau di Nusantara terlihat bahwa jauh sejak sebelum kedatangan bangsa Barat ke Makassar, wilayah itu telah memiliki posisi yang strategis dalam kegiatan perniagaan di Nusantara. Posisi geografis yang strategis, berada di jalur perdagangan antara wilayah timur Nusantara (Maluku) dengan wilayah barat Nusantara (meliputi Pulau Jawa dan Sumatera), menjadikan Makassar memiliki kemampuan untuk menjadi bandar niaga besar dan menjadi semakin kuat setelah kedatangan bangsa Barat. 

Pada masa Kerajaan Sriwijaya, orang Bugis Makassar telah berperan besar dalam lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara dan menegakkan hegemoninya di perairan Selat Malaka. Para pedagang Bugis bertindak sebagai pedagang perantara, yang berlayar dari pulau ke pulau hingga ke Selat Malaka. Dalam Dagregister (1625) disebutkan bahwa orang Bugis-Makassar mengarungi samudera berlayar ke tempat jauh, mereka sangat cekatan di laut dengan membawa berbagai hasil rempah. 

Munculnya kelompok pedagang Bugis-Makassar awalnya banyak dimotori oleh orang Bugis yang berasal dari Wajo dan Bone.11 Tome Pires, seorang penjelajah asal Portugis, menyebutkan bahwa orang-orang Bugis berdagang hingga Malaka, Jawa, Kalimantan, di berbagai tempat seperti Pahang dan Siam sejak masa Sriwijaya.12 Pendapat Pires juga dapat ditemukan di dalam hukum pelayaran Amanna Gappa yang menerangkan bahwa orang Bugis secara teratur mengunjungi bandar-bandar di Pulau Jawa, Palembang, Banjarmasin, Sulu, Bima, Timor, Bengkulu, Johor, Aceh, Perak, dan Malaka. 

Tidak diragukan lagi, keandalan orang Bugis Makassar dalam mengarungi dan menaklukkan lautan, baik untuk pelayaran maupun perdagangan. Tome Pires menulis mengenai orang Bugis yang ditemuinya di Malaka pada 1511 yang digambarkannya sebagai pelaut-pelaut ulung yang sangat kuat dan memiliki banyak kapal. Mereka berlayar ke seluruh pulau sekitar Jawa, sering kali membawa wanita. 

Banyak dari para pelaut Bugis itu yang berlayar untuk menjarah, merampas, dan menjual budak-budak yang mereka tangkap.14 Luasnya jangkauan pelayaran orang Bugis-Makassar di Asia Tenggara menandakan bahwa sejak permulaan abad ke-16 armada laut Indonesia sangat substansial, dan orang Bugis Makassar memegang peranan penting. 

Begitu pula andilnya dalam dunia niaga, pelaut dan pedagang Bugis-Makassar menjadi bagian dari mata rantai dagang pada abad-abad niaga dan hubungan kemaritiman di wilayah Asia Tenggara.

Bersambung.... Politik-Ekonomi Makassar dan Sekitarnya (1528-1864) 3 - Arung Makassar (arungsejarah.com)

Sebelumnya.... Politik-Ekonomi Makassar dan Sekitarnya (1528-1864) 1 - Arung Makassar (arungsejarah.com)